Skip to main content

Banjir di 2020



Banjir banjir dan banjir lagi, wow tahun baru jakarta dan bekasi malah kena bencana banjir, pas tahun baru 2020 hujan gede banget, eh paginya seluruh jakarta dan bekasi udah kerendam air aja, hehe... serem ya... saya juga bingung kenapa itu bisa terjadi, ya memang sudah kehendak yang kuasa menurunkan air yang banyak dari langit, saluran sebesar apapun takkan mampu menampung curah hujan yang melimpah dari langit.

Anies baswedan yang jadi sasaran karena dia adalah gubernur jakarta yang bertanggung jawab, kalo saya sih bukan warga Jakarta, saya warga bekasi, jadi ya saya tidak ada urusan dengan beliau, kepala daerah bertanggung jawab atas apa? atas banjir atau pengungsi, kalau saya sih lebih baik kepala daerah fokus ke pengungsi saja dulu, kalo ngebenerin infrastruktur ya nanti setelah bencana, atau after disaster, perbaikan infrastruktur pasti ada masyarakat yang jadi korban, akan ada penggusuran, perluasan penampang saluran sungai, dan lain-lain.

Solusi banjir itu apa? ada solusinya....tapi mahal, butuh dana yang tidak sedikit, air hujan cuma butuh tempat, ya tempat...., maka itu perlu dibuatkan lah tempatnya, hitung kebutuhan volume wadah air yang dibutuhkan untuk menampung air hujan tadi, realisasikan ke sebuah danau atau waduk untuk menampung air banjir, beli pompa dan jaringan pipa untuk memindahkan seluruh tangkapan banjir ke danau yang dibuat tadi, atau dibuang ke laut seperti gubernur terdahulu yang mungkin beda kepentingan sama anda.

Solusi banjir butuh orang-orang yang Open minded, orang-orang yang bisa merangkul orang-orang pintar untuk membenahi ketidaksesuaian, bukan orang-orang yang close minded, panggil konsultan banjir dari negara lain atau dengarkan solusi dari mahasiswa-mahasiswa pintar negeri ini untuk memecahkan solusinya, tapi itu kalau pemimpin yang pro sama rakyat, kalo pemimpin yang pro sama golongan ya keputusan akan keluar untuk menguntungkan golongannya, tak apalah masyarakat terkena banjir toh cuma satu atau dua hari, tanamkan rasa sabar dan ikhlas, tawakal menghadapi cobaan, ya selesai sudah masalahnya.

Tapi prinsip saya sih seperti insting hewan saja, saya akan memilih tempat yang aman untuk saya tinggal, hewan saja tahu masa manusia yang dikasih akal tetep nekat mencintai keburukan, udah tau banjir kenapa masih tinggal disitu?, yaaa....tapi kan saya cari uangnya disini gimana sih? oh iya ya.... duh pelik banget nih urusan, kalo saya sih pergi dan cari tempat yang lebih aman untuk hidup itu lebih baik, saya saja yang jadi langganan banjir tiap tahun nyerah sama keadaan itu, saya lebih pilih pindah ke rumah yang tidak banjir. tak apalah saya bersusah-susah ke jakarta selama satu jam dengan motor hanya untuk bertemu teman atau saudara di jakarta, daripada hidup saya harus mulai dari nol lagi tiap tahunnya dan menjadi pecundang. alias tidak pernah menang.

Banjir di tempat saya tinggal dulu (bintara) membuat saya tidak bisa membeli kasur yang mewah untuk tidur, tidak bisa membeli sofa yg baik untuk duduk dan merusak kendaraan yang sudah saya beli, buku-buku menjadi bubur kertas, pompa air rusak karena konslet, belum lagi jijik akan hewan2 yang belum pernah saya lihat di kehidupan sehari-hari.

Tapi sekarang saya memilih hijrah ke tempat yang lebih tinggi dan tidak kebanjiran, daripada menjadi manusia bodoh tiap tahunnya, ya saya sudah membeli rumah didaerah yang tidak banjir, kenapa tidak ditinggikan saja rumahnya? rumah ditinggikan bukan solusi.... saya toh juga masih terisolasi di rumah tinggi tersebut, tapi.... sekeliling rumah saya ya masih kebanjiran bukan?....hehe... masa saya musti beli perahu karet untuk sekedar beli popmie ke indomaret, not a better solution kalo menurut saya.

Jangan menyalahkan siapapun, salahkan diri sendiri, kenapa kamu masih bertahan di lingkungan yang tidak membuatmu pintar tiap tahunnya, be smart jawabannya.

Comments