12. METODE KERJA PEKERJAAN SUMPIT
1. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.1 PERSIAPAN
Sebelum memulai pekerjaan sumpit, semua bagian yang terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan sumpit harus di dasarkan pada :
a. Spesifikasi.
b. Gambar desain dengan status “ For Construction “.
c. Risalah Lelang.
d. Shop Drawing.
1.1.1 Penyiapan shop drawing
Untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan :
a. Gambar denah, menggambarkan posisi sumpit terhadap sumbu Underpass/Ramp lengkap dengan ukuran sumpit.
b. Gambar potongan sumpit harus menginformasikan ukuran, elevasi dan mutu beton yang dipakai yaitu K-350.
c. Gambar pembesian sumpit harus menginformasikan jenis, jumlah dan diameter besi serta jarak besi baik besi uatma maupun besi sengkang.
Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar desain dengan status “ For Construction “, Spesfikasi dan Risalah Lelang. Gambar tersebut harus sudah di setujui pemberi tugas, sebelum di edarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
1.1.2 Mempersiapkan bahan, tenaga kerja dan alat
A. Mempersiapkan bahan
Material yang akan di gunakan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemberi tugas. Jenis material yang perlu mendapatkan persetujuan adalah sebagai berikut :
v Besi Beton.
v Campuran Beton melalui Trial Mix Design.
v Pasir urugan.
B. Mempersiapkan peralatan yang dipakai
Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan sumpit antara lain :
v Perlengkapan bekisting.
v Bar cutter dan Bar bender (pembesian).
v Concrete vibrator.
v Bucket cor.
v Truck mixer
v Concrete Pump.
v Excavator.
v Dump truck.
v Scaffolding.
1.2 PELAKSANAAN
1.2.1 Galian Tanah
Galian tanah pada slab bawah di tambah 10 cm untuk lantai kerja ( lean concrete ). Setelah di laksanakan penggalian sedalam 10 cm, di lakukan survey stock out pada lokasi pekerjaan sumpit. Selanjutnya, lean concrete dapat di tuang untuk menjadi lantai kerja setebal 10 cm.
1.2.2 Besi Beton
Pekerjaan pembesian untuk sumpit terdiri dari dua bagian yaitu untuk :
1. Pembesian pelat lantai dasar.
2. Pembesian dinding sumpit.
3. Pembesian top slab (dilakukan setelah pengecoran dinding sumpit).
A. Fabrikasi Besi Beton
Fabrikasi di laksanakan dengan mempehatikan hal – hal sebagai berikut :
v Jenis besi utama dan besi pembagi.
v Diameter besi utama dan besi pembagi.
v Jumlah pembesian utama.
v Jarak besi pembagi.
v Overlap / panjang penyaluran antar besi beton harus sesuai spesifikasi.
B. Penyetelan Besi Beton
Penyetelan pembesian pada struktur bangunan harus sesuai dengan gambar kerja yang telah di setujui,. Penyetelan ini harusmemperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Jenis dan jumlah besi beton.
b. Jarak tulangan sesuai gambar pelaksanaan.
c. Panjang penyaluran dan pengangkutan harus seuai dengan persyaratan.
d. Pemberhentian besi beton harus benar.
e. Ikatan antar besi beton harus kuat.
f. Jarak antar lapisan besi beton harus benardan kuat (tidak melendut).
g. Beton decking terbentuk dengan benar.
1.2.3 Bekisting
Pemasangan bekisting untuk sumpit terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :
1. Bekisting plat lantai dasar
2. Bekisting dinding sumpit; dilakukan setelah pengecoran bottom slab.
A. Fabrikasi bekisting
Prinsip fabrikasi bekisting adalah :
a. kokoh (kuat)
b. berat bekisting harus di bawah kemampuan alat pengngkut
c. ketelitian (presisi) ukuran (siku, lurus, dimensi tepat)
d. mudah untuk penyetelan dan pembongkaran
B. Stel bekisting
Penyetelan bekisting untuk struktur horizontal (alas) dilakukan setelah pembesian dilaksanakan. Pada penyetelan bekisting harus dilakukan pengecekan terhadap : dimensi, ketegakan, ketinggian/elevasi, kerataan dan kekuatan penyangganya.
1.2.4 Pengecoran
Pengecoran untuk pekerjaan retaining wall terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :
1. Pengecoran pelat lantai dasar.
2. Pengecoran dinding sumpit; dilakukan setelah penyetelan bekisting dinding sumpit.
Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dilaksanakan pengecekan terakhir (check list) terhadap pembesian dan pemasangan bekisting.
A. Penuangan beton
Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar yaitu :
a. Pengecoran harus kontinyu sejak pengecoran dimulai sampai mencapai siar pelaksanaan (sambungan) yang ditetapkan.
b. Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang dicor. Jika diperlukan meratakan beton, harus dilakukan dengan sekop dan bukan membuat beton mengalir.
c. Beton tidak boleh dituangkan ke dalam bekisting dengan jarak yang tinggi (maksimum 2 m) karena akan mengakibatkan segregasi. Apabila tinggi lebih dari 2 m, maka harus memakai talang/corong/tremi.
d. Pengecoran harus dimulai dari sudut-sudut bekisting dan dari level terendah jika permukaannya miring.
e. Beton harus dituang pada tumpkan beton sebelumnya (overlapping) dan bukan jauh darinya.
f. Beton harus dicorkan dalam lapisan-lapisan datar, dan tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan dibawahnya mengeras. Untuk pengecoran dinding yang panjang sekali, dimana cara lapisan-lapisan horizontal akan menyebabkan terjadinya sambungan dingin (cold joint) pada beton, pengecoran harus dilakukan dengan ketinggian penuh yang akan membuat kemiringan pada permukaan beton.
g. Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup diatasnya, karena air hujan akan menurunkn mutu beton.
B. Pemadatan
Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan dengan vibrator yang benar yaitu :
a. Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.
b. Vibrator harus dapat dimasukkan kedalam jaringan/anyaman besi beton dan harus diusahakan tidak menempel vibrator pada besi. Menggetarkan besi beton dapat mengakibatkan mutu beton menjadi jelek, dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi, bahkan apabila besi digetarkan terus-menerus akan berakibat lebih kritis karena getaran ini merambat beton disampingnya yang sudah mulai mengeras, sehingga mengakibatkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton. Rongga ini akan mengakibatkan bahaya korosi pada tulangan.
c. Tidak boleh meletakkan kepala vibrator terlalu lama dalam beton karena akan menyebebkan segregasi bleeding terutama untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik.
d. Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting karena apabila bekisting tergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan juga dapat merusak bekisting. Jarak minimal kebikisting adalah10 cm.
e. Beton tidak boleh di getarkan berulang – ulang pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan rongga – rongga udara di dalam betonnya.
f. Vibrator harus di masukkan ke dalam beton yang belum di padatkan secara tepat dan di angkat pelan – pelan. Kecepatan memasukkan vibrator di perlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton lapisan atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan air yang terperangkap di bawahnya. Sedangkan pengangkatan harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pengangkatan berkisar antara 4 s/d 8 cm/detik.
g. lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.
h. Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, tiap lapisan beton yang paling efisien adalah 50 cm. Apabila tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan ai yang terperangkap di lapisan bawahnya melepaskan diri keatas karena tekanan beton terlalu berat. Sebaliknya apabila terlalu tipis, tekanan beton tidak dapat mengimbangi pekerjaan vibrator.
i. Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator harus dimasukan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan dibawahnya agar tercipta lekatan yang monolik, paat dan menyatu.
j. Pada pengecoran plat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukkan kedalam beton secara miring. Dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan secepat mungkin.
1.2.5 Perawatan ( curing ) beton
Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlansung dengan sempurna maka di perlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 7 hari berturut – turut mulai hari kedua setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain :
a. Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada permukaan beton.
b. Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah proses curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis.
1. PROSEDUR PELAKSANAAN
1.1 PERSIAPAN
Sebelum memulai pekerjaan sumpit, semua bagian yang terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan sumpit harus di dasarkan pada :
a. Spesifikasi.
b. Gambar desain dengan status “ For Construction “.
c. Risalah Lelang.
d. Shop Drawing.
1.1.1 Penyiapan shop drawing
Untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan, maka harus dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan :
a. Gambar denah, menggambarkan posisi sumpit terhadap sumbu Underpass/Ramp lengkap dengan ukuran sumpit.
b. Gambar potongan sumpit harus menginformasikan ukuran, elevasi dan mutu beton yang dipakai yaitu K-350.
c. Gambar pembesian sumpit harus menginformasikan jenis, jumlah dan diameter besi serta jarak besi baik besi uatma maupun besi sengkang.
Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar desain dengan status “ For Construction “, Spesfikasi dan Risalah Lelang. Gambar tersebut harus sudah di setujui pemberi tugas, sebelum di edarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.
1.1.2 Mempersiapkan bahan, tenaga kerja dan alat
A. Mempersiapkan bahan
Material yang akan di gunakan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pemberi tugas. Jenis material yang perlu mendapatkan persetujuan adalah sebagai berikut :
v Besi Beton.
v Campuran Beton melalui Trial Mix Design.
v Pasir urugan.
B. Mempersiapkan peralatan yang dipakai
Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan sumpit antara lain :
v Perlengkapan bekisting.
v Bar cutter dan Bar bender (pembesian).
v Concrete vibrator.
v Bucket cor.
v Truck mixer
v Concrete Pump.
v Excavator.
v Dump truck.
v Scaffolding.
1.2 PELAKSANAAN
1.2.1 Galian Tanah
Galian tanah pada slab bawah di tambah 10 cm untuk lantai kerja ( lean concrete ). Setelah di laksanakan penggalian sedalam 10 cm, di lakukan survey stock out pada lokasi pekerjaan sumpit. Selanjutnya, lean concrete dapat di tuang untuk menjadi lantai kerja setebal 10 cm.
1.2.2 Besi Beton
Pekerjaan pembesian untuk sumpit terdiri dari dua bagian yaitu untuk :
1. Pembesian pelat lantai dasar.
2. Pembesian dinding sumpit.
3. Pembesian top slab (dilakukan setelah pengecoran dinding sumpit).
A. Fabrikasi Besi Beton
Fabrikasi di laksanakan dengan mempehatikan hal – hal sebagai berikut :
v Jenis besi utama dan besi pembagi.
v Diameter besi utama dan besi pembagi.
v Jumlah pembesian utama.
v Jarak besi pembagi.
v Overlap / panjang penyaluran antar besi beton harus sesuai spesifikasi.
B. Penyetelan Besi Beton
Penyetelan pembesian pada struktur bangunan harus sesuai dengan gambar kerja yang telah di setujui,. Penyetelan ini harusmemperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a. Jenis dan jumlah besi beton.
b. Jarak tulangan sesuai gambar pelaksanaan.
c. Panjang penyaluran dan pengangkutan harus seuai dengan persyaratan.
d. Pemberhentian besi beton harus benar.
e. Ikatan antar besi beton harus kuat.
f. Jarak antar lapisan besi beton harus benardan kuat (tidak melendut).
g. Beton decking terbentuk dengan benar.
1.2.3 Bekisting
Pemasangan bekisting untuk sumpit terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :
1. Bekisting plat lantai dasar
2. Bekisting dinding sumpit; dilakukan setelah pengecoran bottom slab.
A. Fabrikasi bekisting
Prinsip fabrikasi bekisting adalah :
a. kokoh (kuat)
b. berat bekisting harus di bawah kemampuan alat pengngkut
c. ketelitian (presisi) ukuran (siku, lurus, dimensi tepat)
d. mudah untuk penyetelan dan pembongkaran
B. Stel bekisting
Penyetelan bekisting untuk struktur horizontal (alas) dilakukan setelah pembesian dilaksanakan. Pada penyetelan bekisting harus dilakukan pengecekan terhadap : dimensi, ketegakan, ketinggian/elevasi, kerataan dan kekuatan penyangganya.
1.2.4 Pengecoran
Pengecoran untuk pekerjaan retaining wall terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :
1. Pengecoran pelat lantai dasar.
2. Pengecoran dinding sumpit; dilakukan setelah penyetelan bekisting dinding sumpit.
Sebelum dilakukan pengecoran, terlebih dahulu dilaksanakan pengecekan terakhir (check list) terhadap pembesian dan pemasangan bekisting.
A. Penuangan beton
Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara penuangan harus benar yaitu :
a. Pengecoran harus kontinyu sejak pengecoran dimulai sampai mencapai siar pelaksanaan (sambungan) yang ditetapkan.
b. Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan bagian yang dicor. Jika diperlukan meratakan beton, harus dilakukan dengan sekop dan bukan membuat beton mengalir.
c. Beton tidak boleh dituangkan ke dalam bekisting dengan jarak yang tinggi (maksimum 2 m) karena akan mengakibatkan segregasi. Apabila tinggi lebih dari 2 m, maka harus memakai talang/corong/tremi.
d. Pengecoran harus dimulai dari sudut-sudut bekisting dan dari level terendah jika permukaannya miring.
e. Beton harus dituang pada tumpkan beton sebelumnya (overlapping) dan bukan jauh darinya.
f. Beton harus dicorkan dalam lapisan-lapisan datar, dan tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan dibawahnya mengeras. Untuk pengecoran dinding yang panjang sekali, dimana cara lapisan-lapisan horizontal akan menyebabkan terjadinya sambungan dingin (cold joint) pada beton, pengecoran harus dilakukan dengan ketinggian penuh yang akan membuat kemiringan pada permukaan beton.
g. Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup diatasnya, karena air hujan akan menurunkn mutu beton.
B. Pemadatan
Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan pembetonan. Cara pemadatan dengan vibrator yang benar yaitu :
a. Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.
b. Vibrator harus dapat dimasukkan kedalam jaringan/anyaman besi beton dan harus diusahakan tidak menempel vibrator pada besi. Menggetarkan besi beton dapat mengakibatkan mutu beton menjadi jelek, dimana terjadi pengumpulan pasir disekitar besi, bahkan apabila besi digetarkan terus-menerus akan berakibat lebih kritis karena getaran ini merambat beton disampingnya yang sudah mulai mengeras, sehingga mengakibatkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton. Rongga ini akan mengakibatkan bahaya korosi pada tulangan.
c. Tidak boleh meletakkan kepala vibrator terlalu lama dalam beton karena akan menyebebkan segregasi bleeding terutama untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara 10 s/d 15 detik.
d. Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting karena apabila bekisting tergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan juga dapat merusak bekisting. Jarak minimal kebikisting adalah10 cm.
e. Beton tidak boleh di getarkan berulang – ulang pada tempat yang sama, karena dapat mengakibatkan rongga – rongga udara di dalam betonnya.
f. Vibrator harus di masukkan ke dalam beton yang belum di padatkan secara tepat dan di angkat pelan – pelan. Kecepatan memasukkan vibrator di perlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal pada beton lapisan atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan air yang terperangkap di bawahnya. Sedangkan pengangkatan harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada beton. Kecepatan pengangkatan berkisar antara 4 s/d 8 cm/detik.
g. lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.
h. Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, tiap lapisan beton yang paling efisien adalah 50 cm. Apabila tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan ai yang terperangkap di lapisan bawahnya melepaskan diri keatas karena tekanan beton terlalu berat. Sebaliknya apabila terlalu tipis, tekanan beton tidak dapat mengimbangi pekerjaan vibrator.
i. Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya, vibrator harus dimasukan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke dalam lapisan dibawahnya agar tercipta lekatan yang monolik, paat dan menyatu.
j. Pada pengecoran plat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukkan kedalam beton secara miring. Dalam hal ini vibrator akan menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan secepat mungkin.
1.2.5 Perawatan ( curing ) beton
Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlansung dengan sempurna maka di perlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 7 hari berturut – turut mulai hari kedua setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain :
a. Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada permukaan beton.
b. Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah proses curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis.
'makasih oom!
ReplyDeletemembantu sekali...
Inilah solusi terbaik untuk meminimalisir korban/kerugian saat terjadi gempa berkekuatan besar. Sudah terbukti efektif saat gempa 5,6 SR mengguncang jogja ketika rumah-rumah tembok banyak yang roboh rumah jawa yg terbuat dari kayu masih berdiri kokoh. Segera miliki rumah tahan gempa desain klasik, menarik dgn suasana pedesaan yang eksotik. tersedia berbagai macam model
ReplyDeleterumah jawa seperti
rumah joglo
rumah limasan
rumah kampung. kami juga menjual
gebyok kayu jati lawas