Skip to main content

Pagi ini setahun yang lalu

Pagi ini terasa berbeda dari pagi pagi sebelumnya, teh yang tersaji di meja makan, berita pagi yang menyiarkan berita hangatnya dan lantai yang masih dingin adalah tipikal pagi saya di tiap hari termasuk beberapa kucing yang wara wiri didekat kaki saya, langkah kaki bergerak otomatis menuju kekamar mandi untuk membasuh wajah yang kusam ini, tanpa perhitungan otak akhirnya saya sampai juga dikamar mandi, padahal tanpa melihat namun saya hafal betul jalur yang harus saya lalui, seperti tuna netra yang berjalan tanpa tongkat atau seperti robot mainan yang bisa memadamkan api. Sekelebat tampak dalam mata saya terlihat jam yang menggambarkan betapa saya telah menang dalam pertarungan melawan kemalasan menjalani hari.

Kusapa bak mandi, kusapa kaca cermin, kusapa odol kusapa botol shampo dan kusapa sabun mandi namun mereka tersenyum sambil mengucapkan “use me...”, “use me....”, “use me....” hingga ia jatuh kedalam bak mandi lalu naik menyelamatkan diri, sejenak saya berkaca mengamati wajah ini, wajah yang telah terisi oleh banyak cerita, wajah yang tadi malam bertemu dengan peri cantik dari negeri dongeng walau hanya dalam mimpi, wajah yang menampilkan beragam ekspresi disetiap detik dan menitnya, sedih, bahagia, tawa dan kadang menyebalkan.

Saya definitely fresh pagi ini, saya berjalan keluar mengamati apa yang langit akan perbuat dengan saya apakah ini hari baik ataukah hari yang biasa saja seperti hari-hari sebelumnya, langit tidak pernah berkompromi dengan saya mengenai apa yang akan saya perbuat sepanjang harinya, jangankan berkompromi, hanya untuk tawar menawar tingkat kecerahan saja ia menolak dan ia hanya menjawab dengan biru dan putih. Kuambil helai handuk yang putih tertiup angin semilir ditengah padang rumput hijau dibelakang rumahku ini, ia tergantung diatas tali temali yang menjaganya agar tak jatuh merumput.

Setelah melaksanakan kewajiban shalat subuh, seperti biasa saya keluar hendak mengambil koran langganan yang biasanya sudah diantar kedepan rumah ini, beberapa tetangga juga melakukan hal yang sama seperti saya walau dengan ritme yang berbeda, kemudian saya masuk kembali kedalam rumah sambil sesekali mengeja headline yang ada dikoran genggaman saya, namun belum selesai membaca saya mendengar bunyi telepon genggam yang mengisyaratkan saya untuk mengambilnya, saat saya ketuk layarnya dua kali saya membaca tulisan yang muncul dari balik layar telepon genggam saya, begini bunyinya “Udah setahun woooooiiii....”, saya kemudian bertanya-tanya? Setahun apa...., otak saya kemudian mengingat – ingat tentang ada apa setahun yang lalu itu, ternyata saya berhasil menemukannya saya ingat ini adalah hari pertama kerja saya menjadi salah seorang yang bertanggung jawab akan isi dompet saya setiap bulan, bertanggung jawab akan pengalaman hidup yang bisa jadi bekal untuk masa depan.

Pagi itu saya mengingat kembali bagaimana teman saya mengajak saya dengan seenaknya pergi pagi pagi kesebuah kantor untuk sebuah pekerjaan baru, saya pun mau saya pun nurut, karena tidak ada pilihan lain daripada menjadi pengangguran yang minim perhatian dari siapapun, teman saya itu mendapatkan lowongan ini juga dari temannya teman saya itu, mungkin anda bingung, namun pertemanan lumayan menyenangkan dalam hal berbagi pekerjaan, dan akhirnya saya sudah setahun bekerja disini, bagaimana dengan teman saya? Ia meninggalkan saya dan pekerjaan ini setelah dua minggu bekerja, bukan karena ada pekerjaan lain yang lebih menjanjikan namun karena alasan kesukaan ia mundur dari pekerjaan ini.

Telepon genggam itu kemudian menyambungkanku dengannya “Dan..., wei udah setahun cing...”, “gimana kabar?”, “hahahaha....thank you man”, “lo gimana?”, “baik banget lah”.

Ketika dikantor saya masih teringat bunyi reminder yang memaksa saya kembali kebelakang setahun yang lalu, namun teman satu kantor saya yang lain tiba-tiba datang kepada saya dan dengan riangnya memamerkan paket yang hendak ia kirimkan kesebuah perusahaan yang kelak akan memberikan mimpi baru baginya, dengan lirih ia bisikkan “jangan bilang siapa-siapa lo!”, “let me know”, “hehehehe....”, “it’s a magical journey bro”, yah itulah hidup yang selalumengejutkan, yang selalu berputar, bernafas dan berirama menjadikannya sebuah drama yang mengalir indah.

Untuk teman saya dadan.


jijay banget gue bisa nulis kek gini.





Comments

  1. kayaknya aku pernah deh baca sprti ini, tp lupa dimana yahhh????

    ReplyDelete
  2. ah bisa aja nih, polar express...hehehe... dunia polar....dimana hayo, orang asli saya buat sendiri kok.

    ReplyDelete
  3. iya, tumben nulis gini. tapi bagus kok. ajarin saya hehe

    ReplyDelete
  4. seru, sesekali nulis kayak ginian hehe.smgt!!

    ReplyDelete
  5. @mas antown : iya mas lagi mbelerrr...

    "ngomong2 logo pesta blogger wis mecungul mas"

    suwun mas...

    *ndingkluk*

    ReplyDelete

Post a Comment

komen yuk....