Aku yang lelah menjalani hidup, pergi pagi pulang petang jenuh memang dan rumah seakan berubah menjadi tempat paling nyaman dimuka bumi, islandia itu pikirku, berpikir tentang kerjaan, berpikir tentang ini itu, mau apalagi entahlah sudah, tetapi uang-uangku memang keluar hanya dari kebijakan mereka yang jauh dari akar rumput, mereka yang terbang mengangkasa bagai gugusan putih yang menjemputku untuk berlari, mengharuskan aku duduk terpeku dalam kubikel biru, satu lift dengan mereka yang berparas ayu namun mengenakan cincin di jari manisnya, tak ada gunanya bukan?, berlagak mentereng padahal terikat belenggu, duduk delapan jam setiap hari untuk memahat seribu patung tentara china. Menumpang motor berkelana menyusuri metromini-metromini yang berkepul asap itu demi menjemput ia yang bernama rezeki, mengeluh hanya menambah beban, teringat masa dahulu ketika tempat rezeki dekat dengan aku beristirahat, seperti disurga memang, meja kerjaku hanyalah lima langkah dari tempat tidurku, aku memanglah pemalas pemalas itu, yang tak mau berkorban untuk masa depanku, namun masa depanku dahulu sekarang sudah jadi masa sekarangku, inilah masa sekarangku, masa dimana harus kutebus kesalahan-kesalahanku terdahulu untuk kurapihkan menjadi lurus dan anggun, hingga aku terbangun dari tidur panjang yang tak menghasilkan apa-apa, tertidur pulas memimpikan hal-hal yang cuma diimpikan tanpa jadi kenyataan, akulah pemimpi ulung yang tak pernah terbangun, akulah manusia yang terpana mimpi didalam mimpi hingga lupa akan pagi.
Comments
Post a Comment
komen yuk....