Skip to main content

Senja serigala

Alang alang yang kuinjak tadi masih saja meringkuk dibawah injakan sepatu bootku, gemerisik bunyi ilalang karena langkahku, berat melangkahkan kaki dari sedotan lumpur sawah yang kotor, didepanku sekarang rimbun pohon bambu berjejer melukiskan garis keserasian alam, ia mendesir lewat angin, daunnya jatuh berguguran mengelilingiku, tapi pecah ketika tiba-tiba sesosok serigala hitam itu menatapku tajam, ia kemudian berlari kearahku, "apa ini?" kemudian aku berlari menghindarinya, terseok-seok aku berlari, jatuh aku terpental batu, kemudian kupaksa untuk bangun, takut aku akan gigitannya, dia berlari sambil menyalak, ketakutanku membuatku berlari lebih cepat, lalu kemudian ia hilang dari bayanganku dan akupun terbaring lemah didepan sebuah gerbang rumah tua yang sudah tidak terawat lagi, rumah itu bergambar hati dengan cat hitam yang ditoreh dengan kuas kasar.

Disini aku masih duduk ngos2an sambil meneguk air dari botol minum kesayanganku yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi, duduk sembari mengamati matahari tenggelam dibelakang rumah tua itu dan akupun menengok sesekali kebelakang, kemana serigala itu? jangan2 dia masih menguntitku, terbelalak aku kemudian aku dikejutkan sesosok teman lamaku keluar dari rumah itu sembari memanggil "heiii ayo masuk!", "hah, aku?", "iya jo masuklah".

Aneh kenapa dia ada disitu tanyaku, ini apa sebenarnya "Ah aku ngeri" teriakku sambil mengingat-ingat bahwa dulu aku juga pernah ditawarinya masuk ke rumah itu, dengan iming-iming keindahan, dia siapkan aku seorang bidadari surga, ia menggodaku dengan senyuman, kata-katanya manis hingga aku terbuai hingga keawang-awang, lukisan awan putih dengan burung dara beterbangan jadi anganku dulu untuk memilikinya, tapi apa? ia hanya memberiku kepalsuan, ia hitam aku baru tahu, catwoman dengan taring, giginya bersimbah darah, tangannya berkuku tajam, mengoyak jantungku remuk, ia tak seindah kenyataan yang aku bayangkan, cakarannya masih membekas didadaku, sakitnya masih terasa dan takkan bisa aku lupakan, "loh tapi ini beda", "kamu harus bangkit jo", "kamu benar2 ngga mau mulai lagi", "apa kamu mau begini terus?"

"maaf... NGGAK!"

Sembari menyeret kakiku kearah kemana serigala itu pergi, jejak langkahnya masih jelas terlihat, lebih baik serigala hitam itu kataku, dan burung gagak pun berteriak "kwaaaakkkk" diatas kotak pos rumah tadi, aku ingin dikompres.

Comments